KOMPAS.com — Ada yang bilang, ketika dewasa anak
laki-laki cenderung mencari pasangan yang memiliki karakter seperti
ibunya. Menurut pakar, hal ini karena sang ibu adalah salah satu role model
bagi anak laki-laki pada saat menjalani proses tumbuh kembangnya. Dari
ibu, anak-anak dapat belajar banyak seputar kemampuan emosi. Nah, bila
Anda berharap memiliki anak laki-laki yang nantinya tumbuh menjadi orang
yang peduli terhadap sesama, penuh rasa percaya diri, dan berani
menerima tanggung jawab, asuhlah dia dengan baik sejak kecil. Jangan
lupa, bekali dirinya dengan mengajarkan empat hal berikut ini:
1. Sopan santun
Membiasakan
anak laki-laki untuk membukakan pintu, berjalan di sisi paling luar
ketika menyeberang bersama adik perempuannya, hingga memberikan tempat
duduknya kepada kakek-nenek yang ia temui di bus, mungkin mulai
terlupakan oleh para orangtua masa kini. Banyak yang merasa tak perlu
mengajarkan hal seperti itu karena menganggap itu tata cara kuno. Namun,
ternyata kebiasaan-kebiasaan kecil yang diajarkan kepada anak laki-laki
pada usia dini bisa membuat mereka bersikap lebih sopan saat dewasa
nanti. Ia juga akan lebih berempati terhadap orang lain dan lebih peduli
terhadap sekitarnya.
Riset dari University of Michigan
memperlihatkan, kemampuan berempati kepada para mahasiswa di masa
sekarang telah menurun sekitar 40 persen dibandingkan 20 tahun lalu. Ada
dua alasan yang diberikan para peneliti. Pertama, hobi bermain video game yang
memperlihatkan kekerasan (seperti adu laga) sehingga anak jadi
cenderung mati rasa terhadap penderitaan orang lain. Yang kedua adalah
pesatnya jejaring sosial yang memungkinkan anak untuk memiliki
"teman-teman" virtual tanpa harus mengenal mereka satu persatu dengan
lebih mendalam.
2. Mengelola emosi dengan baik
Pria
yang baik adalah yang tahu bagaimana mengendalikan emosinya. Bila Anda
selalu menegurnya di kala ia menunjukkan rasa marah ataupun sedih,
sebaiknya hentikan. "Anda mungkin berpikir bahwa lelaki yang baik
seharusnya terlihat kuat dan tidak banyak bicara. Namun, sebenarnya
semua itu terlalu stereotip," kata Christine Nicholson, PhD, psikolog
dari Washington.
Jangan halangi dia mengungkapkan apa yang
dirasakan. Doronglah ia untuk membicarakan perasaannya dan bantulah
menemukan solusi permasalahannya. Jika Anda sering mengatakan bahwa itu
bukan tindakan yang pantas dilakukan laki-laki, ia akan belajar untuk
menyembunyikan perasaannya. Saat dewasa, ia tidak dapat berkomunikasi
dengan baik—mungkin malah lebih memilih adu jotos atau minum-minum untuk
melampiaskan perasaan.
3. Keberanian
Dalam
kehidupan sehari-hari, sosok seperti polisi, pemadam kebakaran, atau
tentara, tidaklah asing di mata anak-anak. Tugas ibu adalah
memperkenalkan konsep keberanian melalui figur-figur ini. Saat menonton
petugas kebakaran yang menyelamatkan korban kebakaran, jelaskan padanya
bahwa tindakan yang gagah berani bukan berarti berbuat semena-mena
terhadap orang lain, melainkan justru menyelamatkan serta melindungi
yang lemah—meskipun dengan risiko gugur saat bertugas. Dari sini, ia
akan belajar untuk berani bertanggung jawab dan menerima risiko, baik
dalam kehidupan secara keseluruhan maupun dalam hubungannya dengan orang
lain.
4. Menghargai orang lain
Ketika anak
melanggar aturan yang Anda tetapkan di rumah, mulai dari bicara dengan
bahasa yang tidak pantas hingga melakukan hal-hal yang terlarang,
berikan konsekuensi dan pegang kata-kata Anda. "Anak laki-laki akan
menghormati orang dewasa yang tegas, tetapi tidak menggunakan kekerasan
dalam menerapkan aturannya," kata Michael Gurian, penulis buku The Purpose of Boys.
"Sebaliknya,
bila Anda selalu memaklumi tindakan anak, atau memberikan konsekuensi
tapi kemudian disertai kelonggaran, anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang kurang termotivasi, manja, dan tidak peduli terhadap orang lain,"
ujarnya.
Tugas Anda berikutnya adalah memberikan contoh yang
baik di rumah. Perlihatkan kepadanya bagaimana Anda menghargai orang
lain, seperti gurunya, orangtua teman-temannya, hingga orang-orang tidak
dikenal yang Anda jumpai di jalan. Dengan demikian, anak akan
mendapatkan contoh nyata yang dapat ia tiru saat dewasa kelak.
5. Mengasihi sesama
Pria
yang dapat mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain dapat
dipastikan telah tumbuh di bawah siraman kasih sayang orangtuanya. Dan,
dalam hal mengungkapkan cinta terhadap lawan jenis, pria banyak belajar
dari ibunya. Mungkin, sewaktu dia masih kecil Anda selalu memeluk dan
menciumnya. Tapi sejalan dengan pertambahan usia, mereka mulai menampik
ciuman Anda.
Menurut Dan Kindlon, PhD, pakar dari Harvard School
of Public Health, semakin besar anak laki-laki mulai memisahkan diri
dari ibunya agar bisa lebih mandiri. Namun, bukan berarti Anda berhenti
memperlihatkan rasa cinta Anda. Pilih-pilihlah waktu dengan tepat,
seperti dengan memeluknya ringan di depan teman-temannya (bukannya
mencium kedua pipinya).
"Ingat, anak laki-laki perlu mengalami
sentuhan kelembutan dari sang ibu meskipun ia mungkin tidak pernah
memintanya," kata Kindlon.
(Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar